Minggu, 15 Januari 2012

Kasiat Buah dan Kulit Manggis


Khasiat Buah Manggis
Pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan alam berupa tanaman obat sudah dikenal lama, khususnya sejak awal keberadaan manusia. Adalah Hippocrates (468-377 SM) dari Yunani yang mengelompokkan semua makanan dan tanaman obat. Kemudian Caludius Galenus, tabib istana Raja Marcus Aurcilus, memelopori penggunaan tanaman obat dalam bentuk ekstrak.

Dalam 40 tahun terakhir ini, penelitian dan pemanfaatan tanaman obat terus meningkat, terutama sesudah peristiwa thalidomide tahun 1950-1960. Saat itu sedikitnya 2.000 bayi lahir dalam kondisi cacat, tanpa memiliki lengan atau tungkai. Setelah ditelusuri, cacatnya bayi-bayi tersebut diakibatkan para ibu hamil mengonsumsi Thalidomide yang mengandung enantiomer sebagai zat penenang. Obat itu pun dinyatakan hanya boleh didapat dengan resep dokter. Baru pada November 1962, thalidomide ditarik dari pasaran. Sejak saat itu seruan back to nature dalam bidang kesehatan mulai digencarkan.

Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah, Indonesia memiliki sumber tanaman herbal yang tiada habisnya. Salah satu tanaman yang juga memiliki khasiat pengobatan ialah
buah manggis. Tak hanya nikmat disantap sebagai buah segar, manggis juga memiliki sejumlah kemampuan lain. Bahkan hampir semua bagian tubuh tanamannya yang memiliki khasiat tersebut. Secara tradisional manggis digunakan sebagai obat sariawan, wasir, dan luka.

Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Bandung Prof. Dr. H. R. Sidik menyampaikan sejumlah khasiat obat dari buah manggis di depan peserta pelatihan "Roadmap dan Teknologi Pengembangan Agroindustri Buah Manggis dalam Upaya Akselerasi Ekspor" di Grha Sanusi Hardjadinata beberapa waktu lalu.
Sidik menjelaskan, tumbuhan yang memiliki nama latin Garcinia mangostana ini memiliki batang berkayu keras. Cabangnya teratur, berkulit cokelat, dan bergetah. Kulit kayunya dapat mengobati penyakit disentri, diare, dan sariawan mulut.

Dua buah kulit manggis dicuci, kemudian dipotong-potong, sebelum akhirnya direbus dengan empat gelas air sampai volumenya tinggal tersisa setengahnya. Rebusan kulit manggis yang sudah dingin dan disaring bisa ditambahkan dengan madu dan diminum dua kali sehari untuk melihat hasil pengobatannya terhadap penyakit disentri yang diderita.

"Sama halnya seperti cara pengobatan penyakit disentri, untuk menyembuhkan diare pun tinggal dilakukan langkah serupa. Namun, dengan volume air yang lebih sedikit, hanya tiga gelas saja banyaknya," kata anggota Panitia Nasional Pengembangan Tumbuhan Obat Departemen
Kesehatan ini .

Untuk mengobati sariawan, langkah yang dilakukan pun sama saja dengan prosedur pembuatan ramuan penyembuh diare. Hanya , air rebusan hasil saringan cukup digunakan untuk berkumur-kumur dan diminum sebanyak tiga sampai enam kali dalam sehari.

Akar manggis bersifat tunggang. Manggis juga memiliki akar samping tak berbulu yang jumlahnya sedikit, tapi mendalam. Pertumbuhan akarnya lambat, mudah rusak, dan terganggu akibat lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga luas kontak antara akar dan media tumbuh sempit. Buruknya sistem perakaran pada tanaman manggis menyebabkan sulitnya penyerapan hara. Meski demikian, akar manggis tetap memiliki khasiat yang khas, yaitu dapat mengobati haid yang tidak lancar.


Literatur yang lain menyebutkan kulit buah manggis yang bersifat antibiotik juga berkhasiat mengobati penyakit radang saluran kemih, radang amandel, pendarahan usus, obat cacing, wasir, borok, tumor dalam rongga mulut dan tenggorokan.

Dalam paparannya, Sidik juga menjelaskan aspek farmakologi dari tanaman manggis yang diperoleh dari sejumlah penelitian. Kulit
buah manggis diketahui mempunyai daya antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri.

"Kulit buah manggis juga bersifat antijamur," ujarnya. Aktivitas antijamur hasil isolasi beberapa xanton (salah satu jenis zat warna dari manggis) yang berasal dari kulit buah manggis dan beberapa derivate mangostin terhadap jamur Fusarium oxysporum f. sp. Vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Drechela oryzae dapat menghambat pertumbuhan semua jamur tersebut.

Telah dilakukan pula penelitian terhadap aktivitas xanton dari manggis terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik metisilin. Hasilnya menunjukkan bahwa satu isolate aktif, alfa-mangostin, yang merupakan salah satu derivate xanton menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dengan MIC sebesar 1,57-12,5 µg/mL.

Penelitian antiinflamasi dari kulit buah manggis dilakukan dengan menggunakan mangostin dari ekstrak etanol 40%, mempunyai aktivitas penghambatan yang kuat terhadap pelepasan histamine dan sintesis prostaglandin E2 sebagai mediator inflamasi. Ekstrak metanol kulit buah manggis mempunyai efek meredam radikal bebas yang kuat.

Selain itu, ekstrak metanol mangostin dari kulit buah manggis dapat menghambat sel kanker dan dapat menyebabkan apoptosis pada sel kanker payudara serta menghambat produksi spesies oksigen reaktif sebagai radikal bebas. Berdasarkan penelitian tersebut, mangostin dari ekstrak metanol kulit buah manggis mempunyai potensi sebagai kemopreventif terhadap kanker.

Studi terhadap aktivitas antikanker pada enam xanton yang diekstraksi dari kulit buah manggis secara invitro pada sel leukemia manusia diperoleh hasil bahwa semua xanton yang diuji menghambat pertumbuhan sel kanker dan menginduksi apoptosis. Efek terkuat dalam menghambat pertumbuhan sel kanker tersebut dilakukan oleh alfa-mangostin.

"Melihat tingginya kandungan kimia yang dimiliki manggis, potensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut cukup besar. Baik dalam bidang farmasi maupun bidang lainnya," kata Sidik menutup pemaparannya.

pikiran-rakyat.com