"ATAS NAMA NURANI" (JUMAT, 20 JUNI 2012 DAN MINGGU, 21 JUNI 2012)
oleh KICK ANDY SHOW pada 18 Juli 2012 pukul 6:14 ·
Sejatinya
yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah karena setiap
manusia telah dibekali nurani sejak ia dilahirkan. Nuranilah yang
menggerakkan motivasi, karya, dan ucapan setiap orang. Dan jika
seseorang memperhatikan dan menjaga nuraninya, maka ia akan merasakan
dan menikmati keberadaannya sebagai ciptaan Tuhan yang berbahagia.
Ketika seseorang melakukan keadilan, kebenaran, dan kebaikan, hati nuraninya akan merasakan sejahtera, sebaliknya, ketika ia melakukan keburukan, kejahatan dan ketidakadilan, hati nuraninya akan mengugat dirinya. Seperti yang dilakukan para narasumber Kick Andy ini.
Liana Christanty. Keprihatinannya terhadap nasib anak-anak yang terlahir kurang beruntung telah mencetuskan ide untuk mendirikan Pondok Hayat, yang berlokasi di Dukuh Kupang, Surabaya. Inilah tempat yang menyediakan penampungan bagi perempuan-perempuan tak bersuami yang melahirkan anak di luar nikah. Bayi-bayi yang dititipkan di pondok ini, akan mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya secara cuma-cuma, dan saat ini ada sekitar 33 bayi tinggal di pondok tersebut.
Pondok Hayat menjadi tempat yang tak hanya aman bagi para perempuan yang hamil pranikah, tetapi juga pemulihan identitas, serta trauma dan bimbingan pengembangan diri. Sudah sejak tahun 1998 Liana membantu bayi-bayi dari para perembuan yang hamil di luar nikah. Hingga beberapa di antara mereka sudah beranjak remaja. Khususnya untuk anak-anak berusia 3 hingga 10 tahun kemudian ditempatkan di sebuah rumah anak. Disitulah mereka bisa belajar, bermain, sekaligus menjadi tempat tinggal bagi mereka. Kepedulian Liana untuk membantu sesama tak hanya pada bayi-bayi dari perempuan bermasalah, tetapi kemudian meluas hingga ke dunia pendidikan.
Usia senja, bagi kebanyakan orang merupakan momok yang menakutkan. Menurunnya kondisi fisik, masalah kesehatan dan mundurnya produktifitas tentulah menjadi masalah bagi para lansia dari keluarga miskin. Keprihatinan pada kondisi lansia miskin, telah membuat Yuherli berpikir keras untuk membantu para lansia keluar dari ketidakmampuan akan keadaan itu. Untuk menerjemahkan tekad mulianya itulah, pada tahun 1996 ia pun mendirikan sebuah yayasan moral Karang Lansia yang anggotnya para lansia di Banjarmasin yang tergabung dalam sebuah “Lembaga Bina Bhakti Taruna” atau disingkat LB2T. Dalam perjalanannya LB2T telah memiliki 116 kader yang terbagi dalam 65 kelompok. Sekitar 2975 lansia kini tersebar di seluruh daerah Banjarmasin Kalimantan selatan. Menurut Yuherli, banyak orang mendoakan panjang umur pada setiap orang tua, tetapi banyak yang tidak siap merawat dan memelihara ketika mereka memasuki masa lansia.
Mendengar kata mayat, jenazah korban kecelakaan, ataupun pembunuhan, di benak banyak orang pastilah selain merinding biasanya ada rasa takut bahkan jijik. Tapi tidak bagi Iwan Hasyim Muya, atau yang lebih dikenal sebagai “Iwan Mayat”. Bagi Iwan, mayat justru adalah ladang untuk berbuat bagi kemanusiaan. Sudah 33 tahun ia mengabdikan diri membantu proses evakuasi mayat khususnya di Palembang, Sumatera Selatan. terlebih lagi semua yang dilakukan Iwan adalah tanpa pamrih dan bahkan tidak digaji Bagi laki-laki yang kini usianya 66 tahun ini, mengurusi jenazah dengan berbagai kasus bukanlah perkara mudah. Berbagai kondisi kematian pernah di hadapinya. Mulai dari gantung diri (bunuh diri), korban pembunuhan, tenggelam, kecelakaan lalu lintas, terbakar hingga mutilasi. Semua pernah ia tanganinya tanpa risih dan jijik. Baginya mereka yang telah meninggal adalah manusia yang membutuhkan pertolongan. Mereka juga perlu diperlakukan dengan baik.
Bekerja tanpa pamrih menjadi modal keseriusan Banpol Polresta Palembang ini dalam mengidentifikasi korban mayat. Sebagai relawan ia harus siap bertugas selama 24 jam setiap hari tanpa libur. Meski saat membantu evakuasi ia hanya menggunakan peralatan sederhana, tanpa sarung tangan, bahkan tanpa masker, namun hingga kini Iwan telah berhasil mengevakuasi 6.055 mayat.
Gempa bumi di Liwa Lampung, Yogyakarta, Bengkulu, bahkan dia pun ikut terjun ke laut ketika Kapal Tristra Bangka-Palembang karam. Dari bencana tsunami di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) saja, Pak Iwan berhasil mengevakuasi 900 lebih jenazah. Itu pula yang membuatnya mendapatkan penghargaan dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia mendapatkan tanda kehormatan berupa Satya Lancana Kebaktian Sosial pada Desember 2005 lalu. Usianya memang sudah tak muda lagi, tapi keinginannya untuk memanusiakan manusia walau telah berupa mayat menjadikannya semakin kuat berniat untuk tidak pensiun menjadi relawan.
Ketika seseorang melakukan keadilan, kebenaran, dan kebaikan, hati nuraninya akan merasakan sejahtera, sebaliknya, ketika ia melakukan keburukan, kejahatan dan ketidakadilan, hati nuraninya akan mengugat dirinya. Seperti yang dilakukan para narasumber Kick Andy ini.
Liana Christanty. Keprihatinannya terhadap nasib anak-anak yang terlahir kurang beruntung telah mencetuskan ide untuk mendirikan Pondok Hayat, yang berlokasi di Dukuh Kupang, Surabaya. Inilah tempat yang menyediakan penampungan bagi perempuan-perempuan tak bersuami yang melahirkan anak di luar nikah. Bayi-bayi yang dititipkan di pondok ini, akan mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya secara cuma-cuma, dan saat ini ada sekitar 33 bayi tinggal di pondok tersebut.
Pondok Hayat menjadi tempat yang tak hanya aman bagi para perempuan yang hamil pranikah, tetapi juga pemulihan identitas, serta trauma dan bimbingan pengembangan diri. Sudah sejak tahun 1998 Liana membantu bayi-bayi dari para perembuan yang hamil di luar nikah. Hingga beberapa di antara mereka sudah beranjak remaja. Khususnya untuk anak-anak berusia 3 hingga 10 tahun kemudian ditempatkan di sebuah rumah anak. Disitulah mereka bisa belajar, bermain, sekaligus menjadi tempat tinggal bagi mereka. Kepedulian Liana untuk membantu sesama tak hanya pada bayi-bayi dari perempuan bermasalah, tetapi kemudian meluas hingga ke dunia pendidikan.
Usia senja, bagi kebanyakan orang merupakan momok yang menakutkan. Menurunnya kondisi fisik, masalah kesehatan dan mundurnya produktifitas tentulah menjadi masalah bagi para lansia dari keluarga miskin. Keprihatinan pada kondisi lansia miskin, telah membuat Yuherli berpikir keras untuk membantu para lansia keluar dari ketidakmampuan akan keadaan itu. Untuk menerjemahkan tekad mulianya itulah, pada tahun 1996 ia pun mendirikan sebuah yayasan moral Karang Lansia yang anggotnya para lansia di Banjarmasin yang tergabung dalam sebuah “Lembaga Bina Bhakti Taruna” atau disingkat LB2T. Dalam perjalanannya LB2T telah memiliki 116 kader yang terbagi dalam 65 kelompok. Sekitar 2975 lansia kini tersebar di seluruh daerah Banjarmasin Kalimantan selatan. Menurut Yuherli, banyak orang mendoakan panjang umur pada setiap orang tua, tetapi banyak yang tidak siap merawat dan memelihara ketika mereka memasuki masa lansia.
Mendengar kata mayat, jenazah korban kecelakaan, ataupun pembunuhan, di benak banyak orang pastilah selain merinding biasanya ada rasa takut bahkan jijik. Tapi tidak bagi Iwan Hasyim Muya, atau yang lebih dikenal sebagai “Iwan Mayat”. Bagi Iwan, mayat justru adalah ladang untuk berbuat bagi kemanusiaan. Sudah 33 tahun ia mengabdikan diri membantu proses evakuasi mayat khususnya di Palembang, Sumatera Selatan. terlebih lagi semua yang dilakukan Iwan adalah tanpa pamrih dan bahkan tidak digaji Bagi laki-laki yang kini usianya 66 tahun ini, mengurusi jenazah dengan berbagai kasus bukanlah perkara mudah. Berbagai kondisi kematian pernah di hadapinya. Mulai dari gantung diri (bunuh diri), korban pembunuhan, tenggelam, kecelakaan lalu lintas, terbakar hingga mutilasi. Semua pernah ia tanganinya tanpa risih dan jijik. Baginya mereka yang telah meninggal adalah manusia yang membutuhkan pertolongan. Mereka juga perlu diperlakukan dengan baik.
Bekerja tanpa pamrih menjadi modal keseriusan Banpol Polresta Palembang ini dalam mengidentifikasi korban mayat. Sebagai relawan ia harus siap bertugas selama 24 jam setiap hari tanpa libur. Meski saat membantu evakuasi ia hanya menggunakan peralatan sederhana, tanpa sarung tangan, bahkan tanpa masker, namun hingga kini Iwan telah berhasil mengevakuasi 6.055 mayat.
Gempa bumi di Liwa Lampung, Yogyakarta, Bengkulu, bahkan dia pun ikut terjun ke laut ketika Kapal Tristra Bangka-Palembang karam. Dari bencana tsunami di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) saja, Pak Iwan berhasil mengevakuasi 900 lebih jenazah. Itu pula yang membuatnya mendapatkan penghargaan dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia mendapatkan tanda kehormatan berupa Satya Lancana Kebaktian Sosial pada Desember 2005 lalu. Usianya memang sudah tak muda lagi, tapi keinginannya untuk memanusiakan manusia walau telah berupa mayat menjadikannya semakin kuat berniat untuk tidak pensiun menjadi relawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar